Jum'at 28 september 2018
Saat itu matahari mulai mengarah ke arah barat dan bumi akan berotasi menjadi malam. tepat petang saat panggilan azan sedang berlangsung mengajak kaum muslim tanah kaili untuk melaksanakan kewajiban sholat yaitu sholat magrib.
Saat itu saya sedang berada di jalan pulang dari tempat kerja menuju ke rumah yang berada di perumnas Balaroa.
santai mengendarai sepeda motor di tambah dengan hembusan angin petang yang mengenai tubuh sangat memberikan saya kenyamanan dan kenikmatan di setiap laju roda yg berputar cepat. Tak dapat saya pungkiri dan tak dapat saya percaya Hal yang barusan terjadi. di saat menikmati jalanan sore kota palu, tiba-tiba secara spontan saya terjatuh dari motor yang saya kendarai. Heran ! Iya sangat heran ketika melihat semua kendaraan yang berada di sepanjang jalan ternyata yang jatuh bukan hanya saya sendiri tetapi semua kendaraan yang berada di jalan itu jatuh semua. Ya Rabb, bumi bergoncang begitu dahsyat seolah mengamuk kepada manusia yg berada dan berpijak di atasnya. Ternyata gempa berskala 7,7 SR terjadi. Tanpa mendirikan motor yang terjatuh, saya pun Langsung Lari dan menuju ke Lokasi rumah yang tepat berada di perumnas balaroa. Tepat di jalan kenanga saya tinggal. saya memang bukan warga asli kelurahan itu, karena saya hanyalah seorang perantau yang sedang menimbah ilmu. tapi tempat itu sudah tak asing lagi buat saya, karena setiap hari saya makan, mandi dan beraktifitas di tempat itu sehingga saya lebih merasa emosional dan dekat dengan warga di tempat itu.
saat itu saya berharap ada harapan dan jalan untuk saya menyelamatkan diri, sehingga terfikir untuk langsung menuju ke rumah yang berada di perumnas tersebut.
Terkejut !!! itulah yg terjadi pada diri saya saat itu. Mengapa tidak, karena melihat jalan-jalan menuju ke rumah telah naik ke atas melebihi rumah dua tingkat dan pandangan saya di hiasi dengan reruntuhan bangunan yg sangat parah. Balaroa telah hancur dan gambar mesjid di atas, adalah mesjid yg berdiri tepat di belakang rumah yang saya tinggali 😭.Saat itu harta tak terpikir lagi oleh mereka, harta tak berguna dan tak menjamin keselamatan, mereka berlarian mencari sanak keluarga yg terpisah dengan mereka, anak-anak mencari orang tuanya yg tak tahu dimana, orang tua dengan histerisnya mencari anaknya yang tak tahu keberadaannya, suara takbir "Allah hu Akbar" terdengar gemuruh saat itu, rasa takut yg tak dapat di uraikan dengan kata-kata, air mata pilu yg mengalir dari mata nenek dan kakek yg berada di pinggiran jalan, mereka tak dapat berdiri, mereka tak dapat berlari, hanya harapan keselamatan yang mereka inginkan.


Sangat sedih melihat saudara-saudara kita yg terhempas, tergulung oleh Tanah dan ombak tsunami yg tak bersahabat lagi, kebengisan Alam yg di perintahkan oleh sang maha kuasa, sangatlah mengiris hati manusiawi, Ya Allah !!! Ampunilah dosa kami, dosa saudara-saudara kami yang tertimbun tanah, terjepit reruntuhan bangunan, terbakar, terbawa arus tsunami😭.
Semoga musibah ini akan menjadi pelajaran untuk kita semua dengan menyadari, bahwa manusia tak ada yang kekal di dunia ini, semua pasti mati dan kita harus mengumpulkan amal kebaikan yang dapat membantu kita, karena harta, mobil mewah, rumah megah, tak dapat membantu kita.
Bagi saya, biarlah semua hilang di telan tanah, karena rasa syukur akan tetap terpanjatkan kepada Allah swt, atas kesempatan kepada saya, manusia yg amat hina dan berlumuran dosa ini, untuk memperbaiki diri🙏.
Itulah pengalaman saya saat tragedi 28 september di kota Palu, Saat itu tempat yg Saya tinggali telah hilang di telan tanah, sehingga pulang ke kampung halaman dengan pakaian satu melapis badan, serta pengalaman luar biasa yg takkan terlupakan.
Dan sampai saat ini, para korban bencana masih tinggal di tempat pengungsian😥.
Komentar
Posting Komentar